Jumat, 25 Maret 2011


Ketika banyak tugas kantor ataupun kuliah pilihan yang paling enak adalah sowan sama pak google, tapi filenya pdf...waduh ribet neh....
Tenang brother gak usah gaptek kaya aku. Banyak cara untuk mengubah file PDF menjadi file Microsoft Word. File extention yang paling banyak dan paling umum yang digunakan untuk sebuah website adalah file PDF. Termasuk file Silabus RPP KTSP SD, SMP, SMA yang paling banyak di cari dalam website syadiashare ini.
Dalam sebuah website atau situs untuk membuat sebuah dokumen apapun yang paling mudah ialah menggunakan file PDF, namun seringkali PDF pengguna atau pen download ketika sudah mengunduh file tersebut kesulitan untuk mengeditnya.
Jika anda mencari silabus rpp dalam website ini, kebanyakan file berbentuk PDF, kecuali untuk tingkatan SMA semua file sudah menjadi Microsoft Word.
Ada banyak cara untuk merubah PDF menjadi Ms Word, namun akan saya berikan 3 cara saja yang menurut saya paling mudah ialah melalui Microsft Word itu sendiri atau menggunakan software PDF to Word Converter ( pengubah file PDF menjadi Ms Word ).
Menggunakan Microsoft Office 2007 ( Microsoft Word 2007 )
  • Untuk mengubah menjadi MS. Word meggunakan Microsoft Office 2007 (MS. Word 2007) dengan cara ‘ import file ‘ , langkahnya pertama yaitu pilih menu ” file ” yang terletak pada bar bagian atas lalu sorot mouse kebawah pilih menu ” import ” tinggal pilih saja file mana yang akan di jadikan file Word, edit file tersebur lalu di save as.
Menggunakan Open Office.org
  • Menggunakan Office 2007 harus di setel dulu beberapa bagian (plugin) jika kesulitan lebih mudah menggunakan Open Office.org , jika Open Office.org belum punya download disini (149.35 Mb) http://www.openoffice.org/
Mengunakan Software PDF to Word Converter ( Software pengubah PDF menjadi Word )
  • Software ini berfungsi sebagai ‘ converter ‘ atau peng convert sebuah file, banyak file yang bisa di convert menjadi file apapun yang kita inginkan, namun yang di butuhkan sekarang ialah pengubah PDF to Word, saya tidak memberikan software ini secara utuh, namun memberikan arahan untuk anda supaya men download  software tersebut. Karena software ini untuk dijual / jika saya berikan maka tindakan saya adalah ilegal dan menyalahi aturan TOS dari Google. Anda bisa men download file tersebut yang bersifat TRIAL / Uji Coba sebelum membeli namun memiliki fungsi yang sama. .
Menggunakan Converter Secara Online tanpa Software
  • Anda bisa menggunakan converter ini secara online dan gratis dan anda harus memasukkan email anda, 4 langkah untuk meng convert : 1- Upload file yang di convert 2- Pilih format file hasil convert an, pilih saja ‘doc’ 3- Masukkan email anda 4- klik ‘ convert ‘.
  • Hasil convertan tersebut bisa anda lihat melalui e-mail anda, jika anda regristrasi di situs tersebut, anda tidak perlu bolak – balik cek email.
  • Untuk memilih cara ini silahkan kunjungi situs ini : http://www.convertpdftoword.net/ atau http://www.zamzar.com/

Minggu, 06 Maret 2011

Sejarah Keramat Mirza Ghulam Ahmad (Nabi Palsu Dari India)

Oleh: Ustadz Abu Abdillah Addariny, Lc
Bismillah, alhamdulillahi wa kafa… was sholatu was salamu ala rusulihil musthofa… wa ala alihi wa shohbihi wa maniktafa…
Tulisan ini diangkat dari Al-Qadiayaniyah Dirasat Wa Tahlil, karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, cetakan pertama, tahun 2005, dari percetakan Darul Imam al-Mujaddid, Mesir. Meski hanya satu refensi yang kami jadikan pegangan, namun buku yang dikarang oleh Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir ini merupakan buku yang istimewa. Beliau, yang berkebangsaan Pakistan, sangat menguasai dan memahami permasalahan tentang Ahmadiyah sebagaimana tertulis dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa Urdu. Rujukan beliau banyak bertumpu pada karya-karya asli Jemaat Ahmadiyah, baik yang dikarang oleh Mirza Ghulam Ahmad atau para penerusnya.
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad
Dia menceritakan, namaku Ghulam Ahmad. Ayahku Ghulam Murtadha (bin Atha’ Muhammad). Bangsaku Mongol. (Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, karya Ghulam Ahmad).
Namun dalam kesempatan lain, ia mengatakan: “Keluargaku dari Mongol… Tapi berdasarkan firman Allah, tampaknya keluargaku berasal dari Persia, dan aku yakin ini. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui seluk-beluk keluargaku seperti pemberitaan yang datang dari Allah Ta’ala”. (Hasyiah Al-Arbain, no. 2 hal. 17, karya Ghulam Ahmad).
Dia juga pernah berkata: “Aku membaca beberapa tulisan ayah dan kakek-kakekku, kalau mereka berasal dari suku Mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku, bahwa keluargaku dari bangsa Persia.” (Dhamimah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 77, karya Ghulam Ahmad).
Dalam kesempatan lain, ia  juga pernah mengatakan: “…. karena sesungguhnya aku adalah keturunan asli dari Cina”  (Haqiqotul Wahyi matnan wa hasyiah, hal: 200, karya Ghulam Ahmad)
Yang mengherankan, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah r.a., putri Muhammad (Tuhfah Kolart, hal. 29)
Begitulah, banyak versi tentang asal-usul Mirza Ghulam Ahmad yang berasal dari pengakuannya sendiri. Maha Benar Allah dengan firman-Nya (yang artinya): “Kalau sekiranya itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menjumpai pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An-Nisa: 82)
Setelah itu, ia menceritakan tentang ayahnya: “Ayahku mempunyai kedudukan di kantor pemerintahan. Dia termasuk orang yang dipercaya pemerintah Inggris. Dia pernah membantu pemerintah untuk memberontak penjajah Inggris dengan memberikan bantuan pasukan dan kuda. Namun sesudah itu, keluargaku mengalami krisis dan kemunduran, sehingga menjadi petani yang melarat.”[1] (Tuhfah Qaishariyah, hal. 16, karya Ghulam Ahmad)
Dari keluarga yang tidak jelas garis keturunan lagi melarat, Ghulam Ahmad dilahirkan. Dia berkisah: “Aku dilahirkan pada tahun 1839M atau tahun 1840M di akhir masa Sikh di Punjab.” (Kitab Al-Bariyyah, hal. 134, karya Ghulam Ahmad)
Masa Kecil Mirza Ghulam Ahmad dan Pendidikannya
Tatkala mencapai usia tamyiz, ia mulai belajar sharaf, nahwu dan beberapa kitab berbahasa Arab, bahasa Persia dan ilmu pengobatan.
Dia berkata: “Aku belajar Al-Qur’an dan kitab-kitab berbahasa Persia dengan ustadz Fadhl Ilahi. Sedangkan sharaf dan nahwu serta ilmu pengobatan, aku pelajari dari ustadz Fadhl Ahmad.” Hanya saja, sesuai dengan keterangan Mahmud Ahmad, salah seorang anaknya di Koran Al-Fadhl (5 Februari 1929), milik kelompok mereka, sebagian guru yang mengajar Ghulam Ahmad adalah pecandu opium dan ganja.
Selain itu, ia juga sempat mengenyam pembelajaran bahasa Inggris di sebuah madrasah khusus untuk pegawai pemerintah. Satu atau dua buku bahasa Inggris saja yang ia pelajari.
Pendidikan masa kecil yang dijalani Mirza Ghulam Ahmad dengan model ini (baca: yang sangat dangkal) menampakkan pengaruhnya dalam tulisan dan ucapan-ucapannya. Kesalahan-kesalahannya tidak hanya terjadi pada masalah-masalah yang pelik, tetapi juga terlihat pada perkara-perkara yang sederhana. Misalnya, ia pernah berkata: “Sesungguhnya saat Rasulullah dilahirkan, beberapa hari kemudian ayahnya meninggal.” (Baigham Shulh, hal. 19, karya Ghulam Ahmad). Padahal ayah beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- meninggal dunia ketika beliau masih di dalam kandungan ibunya.
Contoh kekeliruan lainnya dalam kitabnya, Ainul Ma’rifah, hal. 286, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, bahwa Rasulullah mempunyai sebelas anak dan semuanya meninggal. Padahal yang benar berjumlah enam orang.
Pada waktu itu, keberanian merupakan ciri khas orang-orang yang mulia (bangsawan). Tetapi orang yang mengaku sebagai “Al-Masih” ini tidak pernah masuk dalam peperangan, tidak belajar ilmu-ilmu keperwiraan, yang dahulu dianggap oleh masyarakat sebagai sebuah kemuliaan dan sikap kesatria.
Penyakit-Penyakit yang Dideritanya
Berbicara tentang penderitaan fisik (baca: penyakit) yang dialaminya sangat banyak. Tangan kanannya patah sehingga untuk mengangkat sebuah teko pun tidak mampu. (Sirah Al-Mahdi, 1/198).
Dia pernah menderita penyakit TBC dan diobati selama kurang lebih enam bulan (Hayatu Ahmad, 1/79).
Dia juga pernah mengakui ditimpa dua penyakit. Di bagian atas tubuh, yaitu kepala yang sering pusing dan dibagian bawah, yaitu kencing yang berlebihan. (Haqiqatul Wahyi, hal. 206, karya Ghulam Ahmad).
Pusing kepalanya ini sering mengganggunya. Kadang menyebabkannya terjatuh sehingga pingsan. Oleh karena itu, ia sering tidak berpuasa pada bulan Ramadhan yang ia jumpai. (Sirah Al-Mahdi, 1/51 karya anaknya)
Dia juga mengalami gangguan syaraf, ingatan buruk tidak tergambarkan. Dua matanya sangat lemah. Anaknya menceritakan, bahwa Mirza Ghulam Ahmad pernah ingin berphoto bersama murid-muridnya. Pemotret memintanya untuk membuka matanya sedikit saja, agar gambar menjadi baik. Dia pun berusaha dengan susah payah, tetapi gagal. (Sirah Al-Mahdi, 2/77)
Sebagaimana pengakuannya sendiri di dalam harian Al-Hakam, 31 Oktober 1901M, otaknya juga mengalami kelemahan.
Permulaan Ketenaran dan Dakwahnya
Permulaan ketenarannya dimulai dengan seolah-olah membela Islam. Setelah ia meninggalkan pekerjaan kantornya, ia mulai mempelajari buku-buku India Nasrani, sebab pertentangan dan perdebatan pemikiran begitu santer terjadi antara kaum Muslimin, para pemuka Nasrani dan Hindu. Kebanyakan kaum Muslimin sangat menghormati orang-orang yang menjadi wakil Islam dalam perdebatan tersebut. Segala fasilitas duniawi pun diberikan kepadanya. Ghulam Ahmad berfikir, bahwa pekerjaan itu sangat sederhana dan mudah, mampu mendatangkan materi lebih banyak dari pendapatannya saat bekerja di kantor.
Untuk mewujudkan gagasan yang terlintas dalam benaknya, maka pertama kali yang ia lakukan ialah menyebarkan sebuah pengumuman yang menentang agama Hindu. Berikutnya, ia menulis beberapa artikel di beberapa media massa untuk mematahkan agama Hindu dan Nasrani. Kaum Muslimin pun akhirnya memberikan perhatian kepadanya. Itu terjadi pada tahun 1877-1878M.
Pada gilirannya, ia mengumumkan telah memulai proyek penulisan buku sebanyak lima puluh jilid, berisi bantahan terhadap lontaran-lontaran syubhat yang dilontarkan oleh kaum kuffar terhadap Islam. Oleh karena itu, ia mengharapkan kaum Muslimin mendukung proyek ini secara material. Sebagian besar kaum Muslimin pun tertipu dengan pernyataannya yang palsu, bahwa ia akan mencetak kitab yang berjumlah lima puluh jilid.
Sejak itu pula, ia menceritakan beberapa karomah (hal-hal luar biasa) dan kusyufat tipuan yang ia alami. Sehingga orang-orang awam menilainya sebagai wali Allah, tidak hanya sebagai orang yang berilmu saja. Orang-orang pun bersegera mengirimkan uang-uang mereka yang begitu besar kepadanya guna mencetak kitab yang dimaksud. (Majmu’ah I’lanat Ghulam Al-Qadiyani, 1/25)
Volume pertama buku yang ia janjikan terbit tahun 1880M, dengan judul Barahin Ahmadiyah. Buku ini sarat dengan propaganda dan penonjolan karakter penulisnya. Cerita tentang alam ghaib yang berhasil ia ketahui, juga berisi karomah dan kusyufatnya.
Kitab-kitab volume berikutnya pun bermunculan. Namun, tatkala sampai kepada masyarakat, mereka keheranan, karena mendapat isi buku tersebut tidak seperti yang dikatakan penulis pertama kali, yaitu bantahan terhadap agama Hindu dan Nasrani, tetapi justru dipenuhi dengan cerita-cerita tentang karamah dan sanjungan terhadap kolonialis Iggris.
Dari sini, masyarakat kemudian mengetahui, ternyata lelaki ini hanyalah seorang pendusta dan pencuri harta manusia. Buku yang telah diterbitkan hanya untuk mendapatkan popularitas dan memanfaatkan kaum Muslimin, menguras harta mereka, bukan untuk membela Islam. Apalagi setelah kaum Muslimin menemukan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dalam buku yang ia terbitkan tersebut.
Banyak para ulama yang mendapat informasi, bahwa lelaki itu, sebenarnya tidak mempunyai keinginan, kecuali untuk membuat sebuah toko semata. Andai ada orang lain yang mampu membayarnya dengan jumlah yang lebih besar, maka ia akan mendukungnya, meskipun dengan melakukan pelanggaran terhadap Islam. Dan memang seperti itulah yang dikatakan oleh para ulama. Sebab, pada waktu itu, penjajah Inggris membutuhkan orang yang dapat memporak-porandakan kekuatan kaum Muslimin. Sehingga sang penjajah ini mencari orang dari kalangan kaum Muslimin untuk diperalat. Tatkala sudah mendapatkannya, kolonial ini akan memanfaatkan semaksimal mungkin. Demikian yang terjadi dengan Mirza Ghulam Ahmad. Oleh karena itu, ia penuhi kitab volume ketiganya dengan pujian-pujian kepada kolonialis Inggris.
Perhatikan pengakuannya dalam volume tersebut, tatkala ia menghadapi penentangan dari kaum Muslimin
Dia menyatakan, ada sebagian orang dari kalangan kaum Muslimin yang menulis kepadaku, mengapa engkau memuji penjajah Inggris dalam volume ketiga? Mengapa engkau berterima kasih kepada pemerintah Inggris? Sebagian kaum muslimin mencaci-maki dan mecelaku karena sanjungan ini. Hendaknya setiap orang mengetahui, bahwa aku tidak memuji pemerintah Inggris, kecuali berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. (Barahin Ahmadiyah, vol. 4)
Ringkasnya, penjajah telah memanfaatkannya dengan memberikan segala yang berharga untuknya karena pengkhianatannya kepada agama dan umat Islam. Persis seperti ayahnya yang dahulu juga berkhianat, tetapi kepada negeri India dan penduduknya.
Pada tahun 1885M, ia memproklamirkan diri sebagai mujaddid dengan mendapat bantuan dan dukungan penuh dari penjajah. Enam tahun berikutnya, tahun 1891M, ia mengklaim diri sebagai Imam Mahdi. Pada tahun itu juga, ia mengaku sebagai Al-Masih. Dan klimaksnya pada tahun 1901M, ia mendeklarasikan statusnya sebagai nabi yang mandiri, dan lebih mulia dari seluruh pada nabi dan rasul.
Sebagian ulama dapat mendeteksi keinginannya sebelum ia mengaku sebagai nabi (palsu). Tetapi dengan segera ia mencoba menepisnya dengan berkata: “Aku juga beraqidah Ahlus Sunnah. Aku berkeyakinan Muhammad adalah penutup para nabi. Barangsiapa mengaku sebagai nabi, maka ia kafir, pendusta. Karena aku beriman bahwa risalah itu bermula dari Adam dan berakhir dengan kedatangan Rasulullah Muhammad.” (Pernyataan Ghulam Ahmad pada 12 Oktober 1891 yang terdapat dalam kitab Tabligh Risalah, 2/2)
Kemudian dengan bisikan dari penjajah ia mengatakan untuk mengecoh: “Aku bukan nabi, tetapi Allah menjadikannku orang yang diajak bicara (kalim), untuk memperbaharui agama Al-Musthafa (Muhammad)” (Mir-atu Kamalati Al-Islam, hal. 383)
Keterangan lain darinya: “Aku bukan nabi yang menyerupai Muhamamad atau datang dengan ajaran yang baru. Justru yang ada dalam risalahku, aku adalah nabi yang mengikutinya (nabiyyun muttabi)” (Tatimmah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 68, karya Ghulam Ahmad)
Dia juga mengatakan: “Demi Allah yang ruh-ku berada di genggaman-Nya, Dialah yang mengutusku dan menyebutku sebagai nabi…. Aku akan memperlihatkan kebenaran pengakuanku dengan mukjizat-mukjizat yang jumlahnya tidak kurang dari tiga ratus ribu mukjizat.” (Tatimmah Haqiqati Al-Wahyi, hal. 68, karya Ghulam Ahmad)
Coba perhatikan pernyataan-pernyataannya. Dia betul-betul berusaha mengecoh kaum Muslimin. Padahal sebelumnya, ia mengatakan: “Siapa saja yang mengklaim diri sebagai nabi setelah Muhammad, berarti ia saudara Musailamah Al-Kadzdzab, kafir lagi busuk.” (Anjam Atsim, hal. 28, karya Ghulam Ahmad). Dia juga mengatakan: “Kami melaknat orang-orang yang mengaku sebagai nabi setelah Muhammad.” (Tabligh Risalah, 26/2)
Perlu juga disebutkan, kitab yang ia janjikan berjumlah lima puluh jilid, tidak ia selesaikan kecuali lima jilid saja. Sehingga ketika ditanya oleh para donatur, ia menjawab: “Tidak ada bedanya antara angka lima dan lima puluh, kecuali pada nolnya saja.” (Muqaddimah Barahin Ahmadiyah, 5/7, karya Ghulam Ahmad)
Caci Maki Mirza Ghulam Ahmad Kepada Seterunya
Dia pernah mengatakan, melalui “wahyu” yang konon diterimanya, bahwa salah seorang seterunya akan mati pada waktu tertentu. Tetapi ternyata, seteru yang ia sebutkan tidak mati. Maka para ulama pun menyanggahnya dengan mengatakan: “Engkau katanya nabi, tidak berbicara kecuali dengan wahyu. Bagaimana mungkin janji Allah tidak tepat?”
Menanggapi bantahan dari para ulama ini, Mirza Ghulam Ahmad bukannya memberi jawaban dengan bukti dan dalil, tetapi justru melontarkan cacian: “Orang-orang yang menentangku, mereka lebih najis dari babi.” (Najam Atsim, hal. 21, karya Ghulam Ahmad)
Cacian-cacian lain yang keluar dari Mirza Ghulam Ahmad ini sudah sangat keterlaluan. Sebab orang-orang umum saja tidak akan sanggup mengatakannya.
Sang anak, Mahmud Ahmad bin Ghulam pernah mendengar ada orang yang mencaci orang lain dengan sebutan “hai anak haram”, maka ia (Mahmud Ahmad) mengatakan: “Orang seperti ini, pada masa Umar dihukum pidana pukul karena melakukan qadzaf (tuduhan zina). Tetapi sekarang, dapat di dengar seseorang mencela orang lain dengan celaan itu, namun mereka tidak bereaksi. Seolah-olah celaan ini tida ada artinya di mata mereka.” (Khutbah Al-Jum’ah, Mahmud Ahmad bin Ghulam, Koran Al-Fadhl, 13 Februari 1922M)
Tetapi ironisnya, ayahnya justru pernah mencela seorang ulama dengan ucapan “hai anak pelacur”. (Najim Atsim, hal. 228, karya Ghulam Ahmad). Mengacu kepada pernyataan Mahmud Ahmad, bukankah berarti Mirza Ghulam ini pantas untuk dihukum pukul? Dan ucapan itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tetapi sangat sering dilontarkan ayahnya “sang mujaddid akhlak”.
Contoh lainnya, di dalam khutbahnya, ia pernah menyampaikan: “Itu adalah kitab. Akan dilihat oleh setiap muslim dengan penuh kecintaan dan sayang serta ia mendapatkan manfaat darinya. Dia akan menerima dan membenarkan dakwahku, kecuali keturunan-keturunan para pelacur yang telah Allah kunci hati mereka. Mereka tidak akan menerima.” (Mir’atu Kamalati Al-Islam, hal. 546, karya Ghulam Ahmad)
Begitulah contoh akhlak Mirza Ghulam Ahmad. Semoga kita terlindung dari perbuatan tercela.
Komentar Mirza Ghulam Ahmad Terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Banyak orang yang celaka muncul di muka bumi karena mencela para rasul, tetapi tidak banyak yang sekaliber Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, dalam mencela para rasul, “mencuri” kenabian. Allah berfirman: “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah…” (Qs. Al-An’am: 93)
Dia mengklaim sebagai nabi dan rasul-Nya, seperti yang dilakukan oleh Musailamah dan Al-Aswad An-Ansi. Langkah berikutnya, ia mengaku sebagai orang yang paling utama dari dari seluruh nabi dan rasul. Sebagaimana ia menyatakan dirinya telah dianugerahi segala yang telah diberikan kepada seluruh para nabi (Durr Tsamin, hal. 287-288, karya Ghulam Ahmad). Dalam pernyataan yang lain, ia mengatakan, sesungguhnya Nabi (Muhammad) mempunyai tiga ribu mukjizat saja. “Sedangkan aku memiliki mukzijat lebih dari satu juta jenis”, kata Ghulam Ahmad (Tadzkirah Asy-Syahadatain, hal. 72, karya Ghulam Ahmad)
Di lain tempat, katanya, Islam muncul bagaikan perjalanan hilal (bulan, dari kecil), dan kemudian ditaqdirkan mencapai kesempurnaannya di abad ini menjadi badr (bulan pernama), dengan dalil (menurutnya)… (Khutbah Al-Hamiyah, hal. 184, karya Ghulam Ahmad), sebuah tafsiran yang kental nuansa tahrifnya (penyelewengan), layaknya perlakuan kaum Yahudi terhadap Taurat. Sebuah makna yang tidak dikehendaki Allah, tidak pernah disinggung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun terbetik di benak salah seorang sahabat, para imam dan ulama tafsir. Demikian salah satu trik untuk merendahkan kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Salah seorang juru dakwah mereka, juga tidak ketinggalan ikut membeo merendahkan martabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad pernah sekali datang kepada kami. Pada waktu itu, beliau lebih agung dari bi’tsah yang pertama. Siapa saja yang ingin melihat Muhammad dengan potretnya yang sempurna, hendaknya ia memandang Ghulam Ahmad di Qadian.” (Koran milik Qadiyaniah, Badr, 25 Oktober 1902M)
Kritik Sang Nabi Palsu Terhadap Beberapa Nabi
Mirza Ghulam Ahmad pernah berkomentar tentang Nabi Isa: “Sesungguhnya Isa tidak mampu mengatakan dirinya sebagai orang shalih. Sebab orang-orang mengetahui kalau dia suka minum-minuman keras dan perilakunya tidak baik.” (Hasyiyah Sitt Bahin, hal. 172, karya Ghulam Ahmad)
Komentar miring lainnya, menurutnya, Isa cenderung menyukai para pelacur. Karenanya nenek-neneknya adalah termasuk pelacur (Dhamimah Anjam Atsim, Hasyiyah, hal. 7, karya Ghulam Ahmad)
Anehnya, meski perkataan yang keluar dari mulutnya sangat kotor, tetapi ternyata Mirza Ghulam Ahmad “bersabda” dalam hadits palsunya: “Sesungguhnya celaan, makian, bukan perangai orang-orang shidiq. Dan orang yang beriman, bukanlah orang yang suka melaknat.” (Izalatul Auham, hal. 66)
Cacian Mirza Ghulam Ahmad Kepada Para Sahabat
Para sahabat pun tidak lepas dari cercaan yang dilancarkan Ghulam Ahmad. Termasuk penghulu para remaja/pemuda di surga kelak, yaitu Hasan, Husain, juga Abu Bakar dan Umar
Mirza Ghulam Ahmad ini mengataan: “Orang-orang mengatakan aku lebih utama dari Hasan dan Husain. Maka aku jawab, Itu benar. Aku lebih utama dari mereka berdua. Dan Allah akan menunjukkan keutamaan ini.” (I’jaz Ahmadi, hal. 58, karya Ghulam Ahmad)
Salah seorang anaknya dengan congkak berkata: “Dimana kedudukan Abu Bakar dan Umar, (mereka berdua tidak ada apa-apanya) bila dibandingkan dengan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad? Mereka berdua saja tidak pantas untuk membawa sandalnya.” (Kitab Al-Mahdi, Pasal 304, hal. 57, karya Muhammad Husain Al-Qadiyani)
Tentang Abu Hurairah, Ghulam Ahmad mengatakan: “Abu Hurairah orang yang dungu. Dia tidak memiliki pemahaman yang lurus.” (I’jaz Ahmadi, hal. 140)
Perhatikan! Padahal ia sendirilah orang yang dungu, lagi bodoh. Lihat pengakuannya: “Sesungguhnya ingatanku sangat buruk. Aku lupa orang-orang yang sering menemuiku.” (Maktubat Ahmadiyah, hal. 21)
Kematian Mirza Ghulam Ahmad
Menyaksikan sepak terjangnya yang kian menjadi, maka para ulama saat itu berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad, agar ia bertaubat dan berhenti menyebarkan dakwahnya yang sesat. Nasihat para ulama ternyata tidak membuahkan hasil. Dia tetap bersikukuh tidak memperdulikan. Akhirnya, para ulama sepakat mengeluarkan fatwa tentang kekufurannya. Di antara para ulama yang sangat kuat menentang dakwah Mirza Ghulam Ahmad, adalah Syaikh Tsanaullah.
Mirza Ghulam Ahmad sangat terusik dengan usaha para ulama yang mengingatkannya. Akhirnya dia mengirimkan surat kepada Syaikh Tsanaullah. Dia meminta agar suratnya ini dimuat dan disebarkan di majalah milik Syaikh Tsanaullah.
Di antara isi suratnya tersebut, Mirza Ghulam Ahmad tidak menerima gelar pendusta, dajjal yang diarahkan kepadanya dari para ulama masa itu. Mirza Ghulam Ahmad menganggap dirinya, tetap sebagai seorang nabi, dan ia menyatakan bahwa para ulama itulah yang pendusta dan penghambat dakwahnya.
Sang nabi palsu ini menutup suratnya dengan do’a sebagai berikut:
“Wahai Allah Azza Wajall… Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan di hati…  Jika aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas nama-Mu pada waktu siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Ustadz Tsanaullah masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku…!
“Wahai Allah! Dan jika saya benar, sedangkan Tsanaullah berada di atas kebathilan, pendusta pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti tha’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin.”
Begitulah bunyi do’a Mirza Ghulam Ahmad. Sebuah do’a mubahalah. Dan benarlah, do’a yang ia tulis dalam suratnya tersebut dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla. Yakni 13 bulan lebih sepuluh hari sejak do’anya itu, yaitu pada tanggal 26 bulan Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad ini dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan penyakit kolera, yang dia harapkan menimpa Syaikh Tsanaullah.
Di akhir hayatnya, saat meregang nyawa, dia sempat mengatakan kepada mertuanya: “Aku terkena penyakit kolera.” Dan setelah itu, omongannya tidak jelas lagi sampai akhirnya meninggal. Sementara itu, Syaikh Tsanaullah masih hidup sekitar empat puluh tahun setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad.
Meski kematian telah menjemput Mirza Ghulam Ahmad, tetapi bukan berarti ajarannya juga ikut mati. Tapi malah kian tersebar di tengah masyarakat. Karenanya, sebagai seorang muslim, hendaklah lebih berhati-hati, agar tidak terjerat dengan berbagai ajaran sesat.
Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai sebuah kebenaran, dan berilah kami kekuatan untuk melakukannya. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
  • Oleh: Muhammad Ashim
  • Sumber Al-Qadiayaniyah Dirasat Wa Tahlil, karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, cetakan pertama, tahun 2005, dari percetakan Darul Imam al-Mujaddid, Mesir.
  • Artikel adalah ringkasan dari kitab diatas, dari hal: 93-115. Artikel diambil dari almanhaj.or.id

[1] Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, penulis kitab Al-Qadiayaniyah Dirasat Wa Tahtil mengatakan: “Hal itu kemungkinan lantaran pengkhianatannya kepada penduduk pribumi dan kerjasamanya dengan kekuatan kolonialis yang aniaya lagi kafir. (hal. 103)
Artikel: addariny.wordpress.com dipublikasi ulang oleh Moslemsunnah.Wordpress.com
Artikel Terkait:
~ Fatwa MUI Tentang Kesesatan Ahmadiyah
~ Ahmadiyah Juga Anggap Kita Kafir!!!
~ Sejarah Keramat Mirza Ghulam Ahmad (Nabi Palsu Dari India)
~ Kitab Tadzkirah dan Kesesatan Di Dalamnya
~ Ahmadiyah Qadyan dan Ahmadiyah Lahore Sama Sama Pemalsu Islam
~ Mirza Ghulam Ahmad ” Kematian Yang Menjijikkan Untuk Seorang Nabi Palsu
~ Download Audio: Tidak Ada Lagi Nabi Sesudah Nabi Muhammad (Tabligh Akbar Masjid Jakarta Islamic Centre)
~ Download Video: Membongkar Kesesatan Ahmadiyah (Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)

Kitab Tadzkirah dan Kesesatan Di Dalamnya

Oleh: Ustadz Abu Abdillah Addariny, Lc
Bismillaah, wash-shollaatu was salaamu alaa Rosulillah, wa’alaa aalihii washohbihii wa man waalaah…
Dalam tulisan ini, kami akan paparkan ajaran-ajaran ahmadiyah dari kitab mereka sendiri, Tadzkiroh, kitab yang dianggap memuat wahyu-wahyu suci, yang diturunkan oleh Alloh subhanahu wata’ala kepada si nabi palsu, Mirza Ghulam Ahmad (MGA).
Kami, tidak akan berbicara panjang lebar dalam tulisan ini, karena tujuan kami hanyalah untuk memuat fakta yang ada dalam kitab tadzkiroh tersebut. Kami hanya akan menyebutkan akidah mereka, dengan disertai rujukan dari kitab tadzkiroh tersebut. Semoga dengan ini, kita bisa menyingkap tabir yang selama ini menutupi hakekat yang ada.
Yang mendorong kami menulis artikel ini adalah firman Alloh ta’alaوَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: tetaplah memberikan peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu akan selalu memberikan manfaat bagi orang mukmin. (adz-Dzariyat: 55)
Begitu pula sabda Rosululloh –shollallohu alaihi wasallam-:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya: “Agama ini adalah nasehat”. Kami (para sahabat) bertanya: “Untuk siapa (nasehat itu) wahai Rosululloh?”. Rosullulloh menjawab: “Untuk (mengajak ke jalan) Alloh, kitab-Nya, rosul-Nya dan untuk umat islam, baik pemimpin maupun rakyatnya (HR. Bukhori Muslim)
Catatan penting:
Untuk lebih meng-efisien-kan tulisan, selanjutnya nama Mirza Gulam Ahmad kami singkat menjadi (MGA)
Ayat yang nomor halamannya lebih dari satu, menunjukkan bahwa ayat dengan redaksi yang sama, terdapat pada halaman-halaman tersebut.
Berikut ini, kami paparkan sebagian Akidah Ahmadiyah dari kitabnya langsung, yakni Kitab Tadzkiroh:


1. MGA MENDAPAT WAHYU, LANGSUNG DARI ALLOH.
Hal ini diungkapkan dengan jelas dalam Tadzkiroh hal: 43
وخاطبني ربي, وقال: يا أحمد, بارك الله فيك Dan tuhanku berbicara langsung kepadaku (MGA), Dia berkata: “Wahai Ahmad (MGA), Alloh telah memberkahimu.
.
2. MGA ADALAH SEORANG ROSUL UTUSAN ALLOH
Ini adalah hakekat yang tak mungkin dielakkan, bahwa berdasarkan wahyu di dalam Tadzkiroh, MGA adalah seorang Rosul setelah Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam,  dan hal ini sangat bertentangan dengan Aquran, Surat al-Ahzab: 40, begitu pula bertentangan dengan banyak hadits yang menerangkan tidak adanya kenabian setelah wafatnya Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, bahkan beliau menjuluki mereka yang mengaku nabi atau rosul sepeninggal beliau dengan julukan Dajjal. (lihat HR. Bukhori, no: 3609, dan HR. Muslim, no: 157)
lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh hal: 496
يا أحمد, جعلت مرسلا Wahai ahmad (MGA), kamu telah dijadikan sebagai seorang Rosul
.
3. RAHMAT ALLOH TELAH MEMENUHI KEDUA BIBIR MGA
Di dalam Tadzkiroh firman yang menerangkan hal ini diulang-ulang di beberapa tempat, sebagai contoh, coba anda merujuk Kitab Tadzkiroh pada halaman berikut ini: 50, 98, 322, 366, dan  394-395. Bunyi ayat tersebut adalah:
يا احمد, فاضت الرحمة على شفتيك Wahai Ahmad (MGA), Rahmat Alloh telah memenuhi kedua bibirmu.
.
4. ORANG YANG MENGINGKARI AJARAN MGA ADALAH KAFIR DAN TERLAKNAT.
Mereka menyerukan kerukunan kepada kaum muslimin, tapi ironisnya kitab tadzkiroh menganggap kaum muslimin yang tidak sependapat dengan mereka sebagai orang kafir dan terlaknat.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 749
أنت إمام مبارك لعنة الله على الذي كفر (-) أنت إمام مبارك لعنة الله على الذي كفر (-) أنت إمام مبارك لعنة الله على الذي كفر (-) Kamu (MGA) adalah pemimpin yang diberkahi, LAKNAT ALLOH ATAS ORANG YANG KAFIR (mengingkarimu) (-) Kamu (MGA) adalah pemimpin yang diberkahi, LAKNAT ALLOH ATAS ORANG YANG KAFIR (mengingkarimu) (-) Kamu (MGA) adalah pemimpin yang diberkahi, LAKNAT ALLOH ATAS ORANG YANG KAFIR (mengingkarimu)
.
5. NAMA ALLOH TIDAK SEMPURNA SEDANG NAMA MGA SEMPURNA.
Sungguh yang benar, adalah sebaliknya. Nama Alloh Jauh lebih sempurna, dan tidak ada bandingannya dengan nama makhluk-Nya. Penulis sangat heran, dan benar-benar heran, apakah akidah seperti ini, masih pantas dianut dan dibela?!!
Firman ini ada diulang-ulang dalam Kitab Tadzkiroh, silahkan merujuknya ke hal: 51, 245, dan 366. Ayat tersebut berbunyi:
يا أحمد، يتم إسمك ولا يتم إسمي Wahai Ahmad (MGA), namamu sempurna, sedang nama-Ku tidak sempurna
.
6. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA, SEBAGAIMANA POSISI NABI ADAM alaihissalam
Kami mengatakan demikian karena ke-sembrono-an MGA yang menjiplak ayat suci al-Qur’an yang ditujukan kepada Nabi Adam alaihissalam, kemudian mengganti nama Nabi Adam dengan namanya sendiri. Itulah maksud perkataan kami bahwa: “MGA memposisikan dirinya, sebagaimana posisi Nabi Adam”. Anda bisa merujuk ayat  tersebut dalam kita tadzkiroh halaman berikut ini: 72, 368, 396, dan 628. Bunyi ayat tersebut adalah:
يا أحمد, اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ Wahai Ahmad (MGA), tinggallah kamu dan isterimu di surga ini!
Di dalam kitab suci Alquran, ayat ini adalah perintah untuk Nabi Adam alaihissalam, tapi redaksi “Wahai (Nabi) Adam” dirubah oleh MGA menjadi “Wahai Ahmad (MGA)”. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-baqoroh: 35 dan Al-a’rof 19)
.
7. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA, SEBAGAIMANA POSISI NABI NUH alaihissalam
Tindakan MGA ini sama dengan sebelumnya, hanya berbeda nama nabi yang dirubahnya, kali ini ia merubah arah sasaran ayat yang semula untuk Nabi Nuh alaihissalam, ia rubah sehingga mengarah kepada dirinya sendiri. Anda bisa merujuknya ke Kitab Tadzkiroh halaman: 379, dan inilah bunyi ayat dalam tadzkiroh tersebut:
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا Dan buatlah bahtera itu (Wahai MGA) dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami
Di dalam kitab suci Alquran, ayat ini adalah perintah untuk Nabi Nuh alaihissalam, tapi oleh MGA arah sasaran ayat ini dibelokkan, sehingga menjadi perintah untuk dirinya, padahal situasinya sangat berbeda, Nabi Nuh membuat bahtera disebabkan akan adanya banjir bandang yang menenggelamkan bumi. Sedangkan MGA….??? (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Hud: 37 dan Al-mukminun: 27)
.
8. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA, SEBAGAIMANA POSISI NABI IBROHIM alaihissalam.
Ia juga ingin memposisikan dirinya sebagai Nabi Ibrohim alaihissalam, lihatlah kitab tadzkiroh halaman: 279, 366, dan 629. Bunyi ayat tadzkiroh tersebut adalah sebagai berikut:
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا Sesungguhnya aku menjadikan engkau (MGA) sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.
Di dalam kitab suci Alquran, sasaran ayat ini adalah Nabi Ibrohim alaihissalam, tapi oleh MGA sasaran ayatnya diselewengkan, sehingga mengarah kepada dirinya sendiri. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Al-baqoroh: 124)
.
9. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA, SEBAGAIMANA POSISI NABI MUSA alaihissalam.
Kedudukan Nabi Musa juga tidak luput dari jamahannya, firman Alloh ta’ala yang ditujukan kepada Nabi Musa alaihissalam, ia rubah menjadi tertuju kepadanya. Lihatlah dalam Tadzkiroh halaman: 277
أَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي Aku telah melimpahkan kepada engkau (MGA) kasih sayang yang datang dari-Ku
Di dalam kitab suci Alquran, sasaran ayat ini adalah Nabi Musa alaihissalam, tapi oleh MGA, arah sasarannya dirubah, sehingga mengarah kepada dirinya. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Thoha: 39)
.
10. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA, SEBAGAIMANA POSISI NABI ISA alaihissalam
Kepada Nabi Isa alaihissalam, ia juga melakukan hal yang sama, memposisikan dirinya sebagai Nabi Isa alaihissalam, bahkan dalam sebuah ayat ia mengaku sebagai al-Masih putra Maryam alaihissalam. Silahkan merujuk ke Kitab Tadzkiroh halaman: 62, 98, 519, 569
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ، وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ Sesungguhnya aku mewafatkanmu (MGA), dan mengangkat kamu kepada-Ku, serta menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat
Di dalam kitab suci Alquran, sasaran ayat ini adalah Nabi Isa alaihissalam, tapi oleh MGA dibelokkan, sehingga mengarah kepada dirinya. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Ali Imron: 55)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 98
وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (MGA) Sebagai orang terkemuka di dunia dan di akhirat serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Alloh)
Ayat ini sebenarnya adalah untuk Nabi Isa alaihissalam, tapi si nabi palsu tersebut mengarahkannya kepada dirinya (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Ali Imron: 45)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 496, 569
الحمد لله الذي جعلك المسيح ابن مريم Segala puji bagi Alloh yang telah menjadikanmu (MGA) sebagai al-Masih putra Maryam
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 519
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ للمسيح الموعود Sesungguhnya Kami menurunkannya (Tadzkiroh) untuk al-Masih yang ditunggu-tunggu (MGA)
.
11. MGA MEMPOSISIKAN DIRINYA,  SEBAGAIMANA POSISI NABI MUHAMMAD shollallohu alaihi wasallam
Nabi Muhammad adalah Rosul yang paling utama, oleh karenanya MGA paling banyak memposisikan dirinya sebagai Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-.
lihatlah sebagai contoh, ayat-ayat dalam Tadzkiroh berikut ini pada halaman: 62, 81, 224, 277, 378, 495, 360
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ Katakanlah (MGA)! “Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh, maka ikutilah aku! niscaya Alloh mencintai kalian”
Di dalam kitab suci Alquran, Ayat ini tidak lain adalah perintah kepada Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi MGA menjiplaknya, dan mengarahkannya kepada dirinya (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Ali Imron: 31)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 83, 396
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ Dan tidaklah kami mengutusmu (MGA) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam
Di dalam kitab suci Alquran, Ayat ini merupakan keistimewaan untuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi  MGA menodai keistimewaan itu, dan menjadikan dirinya seperti Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Al-anbiya’: 107)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 97
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ Muhammad (yakni MGA) itu adalah utusan Alloh, dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka.
Subhanalloh… bahkan ayat yang nyata-nyata menyebut nama Muhammad pun diselewengkan oleh MGA, dan mengatakan bahwa yang dimaksud Muhammad adalah dirinya (MGA) (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Al-fath: 29)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 98
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu (MGA) nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan berkorbanlah!
Di dalam ayat suci Alquran, Ulama Islam sepakat, bahwa sasaran ayat ini adalah Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi oleh MGA dibelokkan, sehingga mengarah kepada dirinya. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-kautsar: 1-2)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 98
وَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَالَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَوَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ Kami telah menghilangkan beban darimu (MGA) yang memberatkan punggungmu, dan kami pun telah meninggikan bagimu (MGA) sebutan (nama) mu
Di dalam kitab suci Alquran, firman ini adalah untuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi oleh MGA ayat ini  dinodai, dengan merubah sasaran ayat ini mengarah kepada dirinya. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-insyiroh: 2-4)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 372
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ Katakanlah (MGA), “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya sesembahan kalian adalah sesembahan yang maha esa.”
Naudzubillah minal khudzlan… akibat tindakan menodai ayat suci Alquran ini, si MGA dengan PD-nya mengalamatkan ayat ini kepada dirinya, padahal di dalam kitab suci alquran, ayat ini adalah perintah untuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-kahfi: 110 dan Fush-shilat: 6)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 379
الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ، يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ Orang-orang yang berjanji setia kepadamu (MGA), sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Alloh, Tangan Alloh di atas tangan mereka.
Di dalam Alquran, ayat ini adalah untuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi MGA mengarahkannya kepada dirinya. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-fath: 10)
.
Lihat ayat berikut dalam kitab Tadzkiroh, halaman: 495
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ Sesungguhnya Kami memeliharamu (MGA), dari mereka yang mencaci-makimu
Ayat ini dalam Alquran adalah untuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, tapi MGA menyematkannya untuk dirinya sendiri. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-hijr: 95)
.
12. MEMPOSISIKAN TADZKIROH, SEBAGAIMANA POSISI ALQUR’AN
Inilah yang menjadi sebab utama, kenapa kaum muslimin mengatakan bahwa Tadzkiroh adalah kitab suci kaum Ahmadiyah. Meskipun banyak diantara mereka (kaum Ahmadiyah) tidak mengatakan bahwa Tadzkiroh adalah kitab suci, tapi kenyataan yang ada dalam wahyu-wahyu Tadzkiroh menunjukkan, bahwa MGA menganggap Tadzkiroh setara dengan Alquran, sebagaimana Alquran adalah kitab suci, Tadzkiroh juga kitab suci. Diantara bukti yang mendukung kesimpulan kami ini adalah, banyaknya wahyu-wahyu di dalam Tadzkiroh, yang mensejajarkan antara Tadzkiroh dengan Alquran. Coba anda perhatikan wahyu-wahyu dalam Tadzkiroh berikut ini:
Tadzkiroh, halaman: 76, 278, 377, 637, dan 369
وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ Dan Kami telah  menurunkan (Tadzkiroh) ini dengan sebenarnya, dan (Tadzkiroh) ini turun dengan membawa kebenaran.
Di dalam kitab suci Alquran, sasaran ayat ini adalah kitab suci Alquran, tapi oleh MGA, arah sasaran ayat tersebut dibelokkan, sehingga mengarah kepada Tadzkiroh. (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat Al-isro’: 105)
.
Tadzkiroh, halaman: 122, 382
لَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا Sekiranya ia (Tadzkiroh) itu bukan dari sisi Alloh, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.
Ayat ini, dalam kitab suci Alquran, adalah merupakan keistimewaan Alquran, inilah diantara bentuk mukjizat Alquran yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci lain. Tapi ternyata keistimewaan itu dinodai oleh ulah MGA, dengan menjadikan Tadzkiroh-nya sejajar dengan Alquran, sebagaimana Alquran tidak ada pertentangan di dalamnya, begitu pula Tadzkiroh!!! Padahal sesungguhnya perbedaan antara keduanya, bagaikan perbedaan antara langit dan bumi… (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat An-nisa’: 82)
.
Tadzkiroh, halaman: 254
إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا أيدنا عَبْدَنَا فَأْتُوا بكتاب مِنْ مِثْلِهِ Jika kalian (tetap) meragukan apa yang kami kuatkan hamba kami (MGA) dengannya (Tadzkiroh), maka buatlah satu kitab (saja) yang menyamainya.
Subhanalloh… lihatlah ayat ini… bandingkan dengan ayat yang ada dalam Alquran, surat Albaqoroh, ayat: 23. Kalau saja MGA tidak mengakui Tadzkiroh-nya sebagai kitab suci, mengapa dia mendatangkan ayat-ayat yang sebenarnya ditujukan kepada Alquran, kemudian ia rubah menjadi tertuju kepada Tadzkiroh???!
.
Tadzkiroh, halaman: 523, 609
إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نزّلنا على عَبْدِنَا فَأْتُوا بشِفاءٍ مِنْ مِثْلِهِ Jika kalian (tetap) meragukan apa yang kami turunkan kepada hamba kami (MGA, yakni Tadzkiroh), maka buatlah satu obat (saja) yang menyamainya
Ayat ini, mirip dengan ayat sebelumnya, cuma ada sedikit perbedaan redaksi. Lihat ayat ini dalam Alquran surat Albaqoroh: 23, dan nilailah sendiri bagaimana MGA dengan beraninya, menjadikan Tadzkiroh-nya menduduki posisi Alquran.
.
Tadzkiroh, halaman:  519, 564,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Tadzkiroh)  di malam lailatul qodar
La haula wala quwwata illa billah… penulis yakin jarang sekali kaum muslimin yang tidak hafal ayat ini, dan mereka pun tahu bahwa maksud ayat ini dalam kitab suci Alquran adalah Alquran itu sendiri, tapi lagi-lagi MGA mengarahkannya kepada kitab Tadzkiroh-nya. Sungguh tindakan yang sangat jauh di luar batas kewajaran. (Lihat ayat ini dalam Alquran, surat Alqodar, ayat:1)
.
Tadzkiroh, halaman: 595, 709
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ Inilah ayat-ayat kitab (Tadzkiroh) yang jelas (makna dan lafalnya)
Di dalam Aquran sasaran Ayat ini adalah Alquran, tapi si nabi palsu MGA, menggubahnya dengan mengarahkannya ke kitab Tadzkiroh-nya. Apakah setelah mengetahui ini semua, masih ada yang ragu mengatakan bahwa menurut MGA, Tadzkiroh itu seperti Alquran, yakni kitab suci???! Memang penjahat tidak akan mengakui kejahatannya, walaupun banyak fakta yang telah membuktikan kejahatannya… (Lihat ayat ini dalam Alquran, Surat  Yusuf: 1, Asy-syu’aro: 2 dan Al-qoshosh: 2)
.
13. ALLOH MEMILIKI BANYAK ANAK, DAN DIA MEMPOSISIKAN MGA SEPERTI ANAK-ANAKNYA.
Mulai poin ke-13 ini, komentar kami serahkan kepada para pembaca, tidak lain tujuan kami adalah, agar tulisan ini tidak menjadi semakin panjang, juga agar anda lebih bisa menghayati sendiri kesesatan nyata yang ada di dalamnya.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 436
أنت مني بمنزلة أولادي Kamu (MGA) di sisi-Ku memiliki kedudukan seperti anak-anak-Ku
.
14. MGA ADALAH TUJUAN ALLOH
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 83, 224, 242, 279, 293, 366, 394, 496, 569, 629
يا أحمدي, أنت مرادي Wahai ahmad-Ku (MGA), engkau adalah tujuan-Ku
.
15. ALLOH MENYEMATKAN KEMULIAAN MGA DENGAN TANGAN-NYA SENDIRI.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 83, 242, 366, 394-395
غرست كرامتك بيدي Aku telah menyematkan kemulianmu (MGA) dengan tangan-Ku sendiri
.
16. RAHASIA MGA ADALAH RAHASIA ALLOH juga
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 98, 394, 496, 629
سرك سري Rahasiamu (MGA) adalah rahasia-Ku (juga)
.
17. ISTRI MGA DAN KERABATNYA, TERMASUK KELUARGANYA ALLOH
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 138
اعلم أن زوجة أحمد وأقاربها كانوا من عشيرتي Ketahuilah, bahwa isteri ahmad (MGA) dan kerabat-kerabat dekatnya itu adalah termasuk keluarga-Ku juga.
.
18. MEMILIH MGA SEBAGAI ROSUL, ADALAH KEPERLUAN ALLOH SENDIRI.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 224, 246, 277, 394-395, 495-496, 569
اخترتك لنفسي Aku memilihmu untuk diri-Ku
.
19. KEMULIAAN MGA DI SISI ALLOH TIDAK DIKETAHUI OLEH SELURUH MAKHLUK-NYA.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 246, 396, 495-496, 569
أنت مني بمنزلة لا يعلمها الخلق Kamu (MGA) di sisi-Ku memiliki kedudukan yang tidak diketahui oleh seluruh makhluk
.
20. ALLOH MENGABULKAN SEMUA DOA MGA
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 294
يا أحمد أجيب كل دعائك إلا في شركائك Wahai Ahmad (MGA), aku akan mengabulkan setiap permohonan dalam doamu, kecuali dalam hal sekutu-sekutumu
.
21. MGA BERASAL DARI ALLOH, DAN ALLOH BERASAL DARI MGA
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 436
أنت مني وأنا منك Kamu (MGA) berasal dari-Ku dan Aku berasal darimu.
.
22. JIKA MGA MARAH, ALLOH JUGA MARAH
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 495-496, 569
إذا غضبت غضبت وكلما أحببت أحببت Apabila engkau (MGA) marah, maka aku pun marah. Dan setiap kali kamu menyayangi (seseorang), maka Aku pun menyayangi (dia)
.
23. ALLOH BERJALAN MENUJU KE ARAH MGA
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 496
يحمدك الله ويمشي إليك Alloh memujimu (MGA) dan berjalan ke arahmu
.
24. MGA MEMILIKI HAK UNTUK DI TAUHID-KAN DAN DI-ESA-KAN
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 394-395, 495-496, 569
أنت مني بمنزلة توحيدي وتفريدي Kamu (MGA) di sisi-Ku memiliki kedudukan tauhid-Ku dan keesaan-Ku
.
25. MGA DARI AIRNYA ALLOH
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 496
أنت من ماءنا وهم من فشل Kamu (MGA) berasal dari air Kami, sedangkan mereka dari sesuatu yang gagal
.
26. ALLOH MELEBIHKAN MGA, DI ATAS SEGALA SESUATU.
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 569
أثرك الله على كل شيء Alloh telah melebihkan kamu (MGA) di atas segala sesuatu
.
27. GARIS KETURUNAN NENEK MOYANG MGA PUTUS, DAN DIMULAI LAGI DARI MGA
Lihat ayat berikut dalam Tadzkiroh, halaman: 277
ينقطع آباءك ويبدأ منك (Garis keturunan) nenek moyangmu (MGA) terputus dan dimulai (lagi) darimu.
Demikian… artikel ini kami buat… mudah-mudahan memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman, amin… Harapan penulis dari tulisan ini adalah terbukanya wawasan masyarakat muslim, agar mereka mengetahui isi ajaran yang diemban oleh Kitab Tadzkiroh-nya kaum Ahmadiyah, sehingga menjadi semakin jelas perbedaan antara Ajaran Islam dan Ajaran Tadzkiroh… bukan maksud kami memecah belah umat, tapi justru sebaliknya, maksud kami dari tulisan ini adalah menyatukan umat pada akidah dan agama yang sama…
Addariny
Madinah, 19 Juni 2009 M / 26 jumada tsani 1430 H
______
Tambahan dari kolom komentar di blog beliau:
Semoga Alloh menyelamatkan kita dari sesatnya akidah ini…
Dengan tindakan amat beraninya itu, wajar kalau akhirnya MGA menuai buah pahitnya sebelum matinya… sebagaimana ditulis dalam sebuah artikel “Akhir kehidupan yang menghinakan” berikut ini:
Ajaran Ahmadiyah banyak mendapat penentangan dari para ulama di India. Di antara ulama yang terdepan menentangnya adalah Asy-Syaikh Tsana`ullah Al-Amru Tasri. Karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana`ullah. Di antara bunyinya:
“…Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.
Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati semasa aku hidup dengan hukuman Allah yang tidak terjadi kecuali benar-benar dari Allah seperti mati dengan sakit tha’un, atau kolera berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH…
Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–.
Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya….
Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah”.
Penulis, hamba Allah Ash-Shamad, Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau’ud. Semoga Allah memberinya afiat dan bantuan. (Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)
Apa yang terjadi setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu? justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.
Putranya Basyir Ahmad menceritakan:
“Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Hadrat (Ghulam Ahmad) butuh ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu butuh ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia butuh ke WC lagi. Tetapi sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.” (Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)
Mertuanya juga menerangkan:
“Malam ketika sakitnya Hadhrat (Ghulam Ahmad), aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.” (Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)
Pada akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematiannya selama hampir 40 tahun. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala singkap tabir kepalsuannya dengan akhir kehidupan yang menghinakan, sebagaimana dia sendiri memohonkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kini siapa yang sadar dan bertobat setelah tersingkap kedustaannya?
Sungguh akhir hidup yang tragis, semoga kita bisa mengambil ibroh dari kisah ini, sehingga kita hidup dengan selamat sampai akhir hayat, di dunia dan akhirat…
Artikel: addariny.wordpress.com dipublikasi ulang oleh Moslemsunnah.Wordpress.com

Artikel Terkait:
~ Fatwa MUI Tentang Kesesatan Ahmadiyah
~ Sejarah Keramat Mirza Ghulam Ahmad (Nabi Palsu Dari India)
~ Kitab Tadzkirah dan Kesesatan Di Dalamnya
~ Ahmadiyah Qadyan dan Ahmadiyah Lahore Sama Sama Pemalsu Islam
~ Mirza Ghulam Ahmad ” Kematian Yang Menjijikkan Untuk Seorang Nabi Palsu
~ Download Audio: Tidak Ada Lagi Nabi Sesudah Nabi Muhammad (Tabligh Akbar Masjid Jakarta Islamic Centre)
~ Download Video: Membongkar Kesesatan Ahmadiyah (Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)
kembang api